
Pagi itu aku terbangun
Dingin melepuh hati
Terpikir biru matamu
Mencongkel seluruh deritaku
Langkahku gontai, apa aku tidur berjalan
Kubuka pintu bersuara parau itu
Mataku memicing
Terarah pada senyum itu
Pandangku masih membuta
Masih kuserap padi berkabut
Meletakkanku pada ilalang
Lautan hijau terbelah
Hanya aku dan bisingnya gangsir
Dengarkan aku, dengarkan aku
Begitulah mereka bilang
Kupejamkan mataku
Dan mulai menyimak senandungnya
Kubiarkan sang surya menerpaku
Sinar itu seakan bisa menembus ragaku
Lembut hangat seperti pelukmu
Tempat mendaratnya segala resahku
Leo.dmahardika, 12 April 2020