Berabu
Mengerti saja bahwa akulah hirup napasmu
Seperti saat engkau terbangun pagi hari
Engkau melihatku tersenyum menatapmu mengerjapkan mata
Mengerti saja bahwa akulah hirup napasmu
Seperti saat engkau terbangun pagi hari
Engkau melihatku tersenyum menatapmu mengerjapkan mata
Sebelum malamku kau rubah seperti kelabu
Kau titipkan segelintir waktu tuk menyela siksa rindu
Tak harus kudapatkan jeda agar dera ini tak meluka
Ucaplah lembut buai kasihmu
Rabalah dada peluhku dalam naunganmu
Rebahkan aku di tengah suryam
Kenapa kalian mengangkatku?
Berkisah kasih setiap malam
Kala itu, kalian melepasku pergi
Pagi itu aku terbangun
Dingin melepuh hati
Terpikir biru matamu
Melambai kerumun sayap
Tuan Putri, pilih aku untuk kuterbangkan
Biar pun lesu sendi ini, Tuan Putri akan tetap dalam pangkuan
Hembus nafas berderu cepat
Melayangkan surat yang menyayat
Satuan luka tersirat, menyisir relung dada
Mungkin ini saatnya meninggalkan jalan usang
Aku merasa kembali ke satu dekade lalu
Menyaksikan, terasingkan
Di bawah langit yang setengah lebam
Tak terpelik semua membuatku tersandung lalu berdiri
Jamah-menjamah mempermainkanku dalam ketergantungan
Ciptakan rasa yang tak kuat kutahan
Aku mengais pasir tempat ragamu dibesarkan
Sembunyi engkau sembunyi
Kuketuk tempurungmu, keras bagai batu
Dalam hening aku bisu, menatapmu penuh ragu