Ironi
Pelik itu tak berkutik
Dendam itu tak lagi menukik
Pelik itu tak berkutik
Dendam itu tak lagi menukik
Untuk sekian kalinya
Semenjak pertama kalinya
Di tempat yang sama
Kisah tentang imigran asal Madura yang sedang mengais rezeki di Negeri Paman Sam untuk membangun masjid di kampung halaman.
Mengerti saja bahwa akulah hirup napasmu
Seperti saat engkau terbangun pagi hari
Engkau melihatku tersenyum menatapmu mengerjapkan mata
Sebelum malamku kau rubah seperti kelabu
Kau titipkan segelintir waktu tuk menyela siksa rindu
Tak harus kudapatkan jeda agar dera ini tak meluka
Ucaplah lembut buai kasihmu
Rabalah dada peluhku dalam naunganmu
Rebahkan aku di tengah suryam
Kenapa kalian mengangkatku?
Berkisah kasih setiap malam
Kala itu, kalian melepasku pergi
Pagi itu aku terbangun
Dingin melepuh hati
Terpikir biru matamu
Melambai kerumun sayap
Tuan Putri, pilih aku untuk kuterbangkan
Biar pun lesu sendi ini, Tuan Putri akan tetap dalam pangkuan
Hembus nafas berderu cepat
Melayangkan surat yang menyayat
Satuan luka tersirat, menyisir relung dada