Bukan Kader PMII yang ‘Murtad’
Keaktifan saya di organisasi mahasiswa (ormawa) intrakampus justru membuat beberapa pihak menganggap saya kader ‘murtad’.
Keaktifan saya di organisasi mahasiswa (ormawa) intrakampus justru membuat beberapa pihak menganggap saya kader ‘murtad’.
Menurut saya, paham radikalisme merupakan pemikiran yang tidak perlu ada di negara ini. Mengapa demikian? karena paham tersebut merupakan awal dari hadirnya gerakan terorisme. Radikalisme sendiri adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan. Paham ini juga mengacu pada sikap ekstrim dalam aliran politik.
Besarnya berpengaruh PMII untuk bangsa serta citra baiknya di masyarakat, PMII kemudian dijadikan alat untuk mencapai kepentingan pribadi beberapa orang.
Pengalaman menjadi kader baru, semua hal seperti kertas putih. Saya memerlukan banyak waktu untuk selalu menulis setiap kejadian, peristiwa, dan berbagai realitas yang melingkupi organisasi berlogo mirip perisai ini.
Bagi orang awam seperti saya dan orang-orang di luar organisasi PMII yang tidak mengenal PMII, PMII lekat dengan stigma negatif sebagai organisasi mahasiswa yang suka demonstrasi.
Pengkaderan menjadi sangat penting untuk menyiapkan para pemimpin bangsa ke depan. Perubahan paradigma pengkaderan, dari paradigma normatif menuju paradigma transformatif sudah sepatutnya dilakukan.
Berbicara masalah pergaulan, saya lebih nyaman bergaul dengan kader yang aktif ngopi dibanding kader yang aktif di internal.
Suntikan semangat dari Gus Dur ini, kemudian menjadi pendorong generasi muda NU untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya.
Ada lima pemikiran Gus Dur yang bisa menjadi bahan refleksi